Editorial Media Indonesia

Mobil Dinas Jokowi



BERITA MERANTI EMI (Editorial Media Indonesia) - NAMA Joko Widodo kembali berkibar. Bukan karena Wali Kota Surakarta itu suka mengumbar janji, melainkan justru karena dia menebar laku. Joko Widodo yang akrab disapa Jokowi lebih banyak berbuat ketimbang berbicara seperti kebanyakan politikus dan pejabat publik lainnya. 

Kehidupan politik di Kota Surakarta adem tanpa gejolak berarti karena peran Jokowi. Dia mempunyai cara yang lembut menyampaikan gagasan, seperti keinginan merelokasi pedagang kaki lima. 

ngkahnya sederhana dan murah, tanpa menerjunkan Satpol PP yang beringas dengan pentung dan tameng. Ia mengundang para pedagang untuk ngopi bareng di rumah jabatan untuk mendengarkan keluhan dan harapan warganya. Setelah lebih banyak mendengar, dia menyampaikan gagasan merelokasi para pedagang yang diterima dengan lapang dada. 

Masih banyak hal lain yang boleh ditiru para pejabat negeri ini dari tingkat rendah sampai yang tinggi dari Jokowi. Dia juga tidak pernah menerima gaji sebagai wali kota meski menandatangani slip gajinya. 

Karena itu, ketika para pejabat negeri ini mengeluh karena gaji dan tunjangan mereka tidak naik, Jokowi merasa risih. Risih karena pejabat kok berbicara tentang upah mereka sendiri. 

Jokowi juga menolak mengganti mobil dinas dengan mobil baru berharga ratusan juta rupiah. Namun, dia tergiur oleh mobil rakitan siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Surakarta. Mobil dengan merek Kiat Esemka kini menjadi tunggangan baru sang wali kota. 

Banyak alasan mantan pengusaha mebel itu menggunakan Kiat Esemka untuk menggantikan mobil dinas Camry yang sudah berusia 11 tahun warisan wali kota sebelumnya. Pertama, Kiat Esemka mempunyai kandungan lokal hingga 80%. Kedua, harganya Rp95 juta. Ketiga, itulah karya anak bangsa. 

Sikap Jokowi patut ditiru. Dia melawan arus utama ketika begitu banyak pejabat di Jakarta dan kota lain justru hidup dengan semangat hedonisme. Mereka ramai-ramai menguras APBN atau APBD untuk membeli mobil dinas berharga ratusan juta rupiah. 

Banyak pejabat juga berbusa-busa berteriak agar menggunakan produk dalam negeri, tetapi mereka sendiri sedang memakai produk impor. Mantan Wapres Jusuf Kalla pernah menyindir dengan membuka sepatunya yang buatan lokal di depan para pejabat yang justru memakai sepatu impor. 

Nama Jokowi tidak hanya dikenal sebatas Surakarta atau Jawa Tengah, tetapi sudah menembus Indonesia. Buktinya, nama Jokowi merupakan pemberian para pembeli mebelnya dari Prancis. Nama itu mengandung kepercayaan. 

Jokowi telah memelopori era kebangkitan mobil nasional. Dia menjadi pemimpin yang bangga menggunakan mobil buatan anak negeri. Sebaliknya, banyak pemimpin lainnya membela produk impor demi upeti yang masuk kantong.