Editorial Media Indonesia

Ruang Rapat Banggar DPR



MerantiNEWS EMI (Editorial Media Indonesia) - SUDAH lama Dewan Perwakilan Rakyat mengidap mati rasa. Gejala klinis-sosialnya mudah dilihat. Anggota dewan menunjukkan rasa empati yang rendah dan gemar menzalimi rakyat yang memilih mereka.

Kezaliman mutakhir yang dipamerkan DPR ialah merenovasi ruang rapat Badan Anggaran DPR dengan biaya Rp20,7 miliar. Padahal ruangan itu hanya 10x10 meter. Dengan dilengkapi tiga pesawat televisi berukuran 3x2 meter, ruangan berdinding akustik itu diisi sekitar 200 kursi.

Bukan sembarang kursi. Kursi-kursi itu berdesain ergonomis yang didatangkan dari luar negeri. Alasan menggunakan kursi impor itu demi kesehatan anggota banggar karena kursi itu mengikuti bentuk tubuh.

Publik bertanya, apa yang dikerjakan banggar di ruangan semahal itu? Bukankah DPR masih lebih suka rapat di hotel daripada di Gedung DPR? Apakah wakil rakyat itu mengira transaksi-transaksi haram lebih terjaga dalam ruangan yang mahal itu?

Rakyat juga tidak sepenuhnya percaya bahwa Ketua DPR Marzuki Alie tidak mengetahui adanya proyek Rp20,7 miliar itu. Sudah terlampau sering Marzuki kaget dengan aneka proyek di DPR sehingga rakyat juga kaget dengan kekagetan Marzuki. Sudah terlampau kerap juga Marzuki mengancam memecat Sekjen DPR Nining Indra Saleh sehingga rakyat pun mahfum itu cuma gertak sambal politisi.

DPR memang dipenuhi dengan proyek bernilai miliaran bahkan triliunan rupiah, bukan produk legislasi yang semestinya menjadi kewajiban DPR. Contohnya, proyek gedung baru DPR senilai Rp1,8 triliun yang mendapat protes keras masyarakat dan kemudian dibatalkan. Proyek itu telah 'telanjur' menelan uang negara Rp118 miliar yang hangus begitu saja.

Bahkan ada proyek toilet senilai Rp2 miliar.

Sampai kapan DPR hasil Pemilu 2009 ini melukai hati rakyat? Masih berapa proyek lagi yang dibuat DPR untuk menghamburkan uang negara. Apakah Marzuki masih akan kaget lagi?

Sejujurnya, rakyat telah kehabisan kata untuk mengumpat perilaku menyimpang anggota DPR. Mereka tidak sepantasnya lagi mewakili rakyat.

Mereka lebih pantas berurusan dengan KPK dan dibui.