Editorial Media Indonesia

Semangat Pemborosan



MerantiNEWS EMI (Editorial Media Indonesia) - LEMBAGA negara sedang giat-giatnya mengeruk uang negara. Tidak hanya DPR, Mahkamah Agung (MA) dan Sekretariat Negara (Setneg) pun tanpa risi mengalokasikan anggaran segudang demi menenggak kemewahan.

Ibarat luka disiram air garam, itulah yang dirasakan publik belakangan ini. Pekan lalu, hati rakyat terkoyak oleh laku hedonisme DPR dengan merenovasi ruang rapat badan anggaran berbiaya Rp20,3 miliar.

DPR juga menyusun proyek perbaikan toilet dengan anggaran Rp2 miliar dan lapangan parkir Rp3 miliar. Agar gedung dewan kian luks dan nyaman, uang Rp1,59 miliar disiapkan untuk pewangi ruangan.


Ibarat virus, semangat pemborosan uang rakyat kini mewabah ke lembaga negara lainnya, termasuk MA dan Setneg. MA, misalnya, mengalokasikan anggaran Rp11,4 miliar untuk pengadaan mebel ruang kerja pimpinan dan ruang sidang. Kepala Biro Umum MA Dudung Ramdani berdalih pengadaan mebel menjadi kebutuhan lantaran sudah lebih dari 10 tahun perabot di MA tak diganti. Ia membantah pihaknya ingin bermewah-mewah.


Setali tiga uang dengan Setneg. Data Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran memperlihatkan, anggaran Setneg tahun 2012 mencapai Rp80,4 miliar. Padahal, pada 2011 hanya Rp8,8 miliar.

Peruntukannya juga sarat aroma kemewahan. Salah satunya pembangunan/pengembangan gedung Kantor Setneg sebesar Rp41,3 miliar.

Jelas sudah, nafsu pemborosan telah menjadi raja bagi para pengelola negara. Virus hedonisme berurat berakar, sampai-sampai membutakan mata menulikan telinga mereka dari banjir kritikan. Mereka mabuk kemewahan sekalipun kinerja yang ditunjukkan tetap saja memprihatinkan.

Buruknya kinerja MA umpamanya bisa disimak dari tunggakan perkara yang terus menggunung dari tahun ke tahun. Bila pada 2006 hanya 6.000 kasus, hingga akhir 2011 tunggakan mencapai 25 ribu lebih perkara.

Semangat pemborosan dan nafsu liar penghamburan anggaran adalah pembenaran bahwa elite Republik ini semakin asyik dengan diri sendiri.

Yang jauh lebih utama adalah bagaimana mengambil manfaat dari kemahalan yang dikarang-karang untuk masuk kantong sendiri. Semangat korupsi telah merontokkan seluruh batas kepatutan!