MerantiNEWS EMI (Editorial Media Indonesia) - TABUNGAN kepercayaan rakyat hasil pemilu yang demikian besar dimiliki Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terus tergerus. Kini publik bahkan tidak lagi percaya kepada pemerintahan SBY dalam memberantas korupsi.
Pemberantasan korupsi merupakan tema sentral kampanye pasangan Yudhoyono-Boediono dalam Pemilihan Umum Presiden 2009. Pasangan itu memenangi pemilihan presiden hanya dalam satu putaran dengan perolehan suara sangat fantastis, mencapai 60,80%.
Dalam perjalanan, Yudhoyono tidak mampu mempertahankan, apalagi melipatgandakan, kepercayaan rakyat. Berdasarkan hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang dirilis Minggu (8/1), publik memersepsikan pemerintahan Yudhoyono sangat buruk dalam pemberantasan korupsi.

Berdasarkan survei yang dilakukan pada pertengahan Desember 2011 itu, penilaian baik dan sangat baik hanya mencapai sekitar 33%, sedangkan buruk dan sangat buruk mencapai sekitar 43%.
Harus jujur dikatakan, sepanjang Yudhoyono memerintah sejak 2004, baru kali ini lebih banyak responden survei yang menilai kondisi penegakan hukum secara umum buruk. Penilaian buruk itu disampaikan responden, dari mereka yang berpendidikan sekolah dasar hingga perguruan tinggi, merata dari desa hingga kota.
Temuan LSI itu menunjukkan kini telah terjadi penurunan penilaian positif terhadap pemerintah. Itu berarti popularitas Yudhoyono yang ketika kampanye pemilihan presiden mengusung tema Katakan tidak pada korupsi kian meredup.
Ibarat pelita, cahaya popularitasnya mulai meredup pada saat minyak tanah kepercayaan rakyat hampir habis. Publik sudah tidak percaya lagi pada manisnya janji pemberantasan korupsi.
Tidak hanya sekali-dua kali Yudhoyono berjanji memerangi korupsi, seperti memberantas korupsi mulai halaman istana dan memimpin sendiri pemberantasan korupsi. Namun, sejauh ini perang itu hanya perang-perangan.
Setidaknya ada dua kasus besar yang mendasari penilaian publik, yaitu dana talangan Bank Century dan korupsi yang melibatkan Muhammad Nazaruddin, mantan bendahara umum partai berkuasa, Partai Demokrat.
Terkait dengan kasus Century, kendati secara politik DPR telah memvonis bersalah sejumlah petinggi, Yudhoyono terkesan tidak sekuat tenaga menyelesaikan kasus tersebut. Setali tiga uang dengan kasus Nazaruddin, Yudhoyono sepertinya berdiam diri ketika sejumlah petinggi partai disebut-sebut terlibat.
Jangan sampai Yudhoyono membiarkan pelita kepercayaan rakyat benar-benar padam. Masih ada waktu baginya untuk berbenah dan bertindak nyata.