MerantiNEWS, Merbau - Belum lagi tuntas persoalan yang dihadapi sejumlah nelayan tentang tingginya harga beli solar di pasar eceran, kini pemerintah sudah berencana kembali menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Jika rencana ini benar terwujud pada April nanti, maka sulit dibayangkan bagaimana menjeritnya para nelayan di negeri ini. Kekhawatiran itulah yang dirasakan Uwat, nelayan gumbang di Desa Selat Akar, Kecamatan Merbau, Kabupaten Kepulauan Meranti saat ini. Tingginya harga beli solar yang harus ia keluarkan setiap harinya ketika hendak pergi melaut, membuat kondisi ekonominya semakin tidak menentu. Sementara hasil tangkapan yang ia dapatkan sangat tidak seimbang dengan biaya BBM yang telah ‘merobohkan’ saku. Menurut Uwat, saat ini harga beli untuk 1 Kg solar atau seukuran 1,2 liter dengan harga Rp 9.000. Sementara untuk kebutuhan melaut dengan jarak lebih kurang dua mil, minimal mereka harus membawa satu jerigen minyak solar ukuran 35 liter lebih. Kondisi itulah yang ia harapkan dapat menjadi pertimbangan bagi pemerintah yang telah berniat untuk menaikkan harga BBM. Jika tidak, maka ia bisa memastikan bahwa kebijakan tersebut malah akan membuat masyarakat (nelayan) semakin sengsara.
‘’ Sekarang ini kami membeli minyak solar dengan harga tinggi, sementaraa minyak subsidi tidak ada lagi diberikan pemerintah. Kalau kami bandingkan dengan penghasilan yang kami dapat dari memasang gumbang, hasilnya sangat tidak sebanding. Itu untung saja hari tidak hujan. Jika hari hujan hasil tangkapan tidak dapat langsung dikeringkan, terpaksa dikasi garam menunggu sampai cuaca panas untuk dijadikan ikan asin. Bagaimana pula kalau minyak naik lagi, matilah kami para nelayan ini,’’ ujar Uwat, saat ditemui wartawan di pelantaran jemuran ikan di Kuala Selat Akar, belum lama ini.
Hal senada juga dikeluhkan Abon, pemilik pompong penumpang Jurusan Selat Akar-Selatpanjang. Setiap hari kapalnya itu menghabiskan empat jerigen minyak solar ukuran 35 liter. Sementara harga tambang yang dipungut kepada penumpang relative lebih murah. Jika benar pada April nanti harga BBM jadi dinaikkan, maka ia pun pesimis dapat bertahan dengan pekerjaannya itu. Sebab, kenaikan harga BBM tentunya semakin menyulitkan masyarakat yang berprofesi seperti dirinya.
‘’ Jujur saja kalau hanya mengharapkan ongkos penumpang tidak mencukupi untuk biaya minyak solar. Untung saja kita mengambil upah mengangkut barang sembako milik pedagang-pedagang yang ada di Desa Selat Akar. Bagaimana nanti kalau harga BBM kembali naik, jelas ini semakin menyulitkan kami dalam mencari nafkah. Walaupun kenaikan itu juga akan berimbas kepada kenaikan harga tambang (ongkos) dan harga sembako, tetap saja menyulitkan masyarakat miskin seperti kami ini. Jadi, kami harapkan kepada pemerintah hendaknya selalu memikirkan masyarakat bawah sebelum membuat kebijakan seperti itu, barulah negeri ini akan sejahtera. Kalau tidak, sampai kiamat pun terus susah,’’ ujar Abon.
Sumber Referensi Terpecaya: