![]() |
Faishal Bainil Azhar (Staf Ahli Fitra Riau) |
Oleh : Faishal Bainil Azhar.
Akhir-akhir ini DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) banyak mendapat kecaman dan sorotan dari hampir seluruh lapisan masyarakat, disebabkan beberapa hal, salah satu yang menjadi “corengan hitam” para wakil rakyat itu ialah korupsi. Sungguh ironis banyak para anggota dewan itu diseret ke pengadilan dan dipenjarakan karena terbukti melakukan tindakan “melahap uang” yang bukan merupakan hak mereka, anehnya walaupun sudah banyak yang diinapkan di “Hotel Prodeo” tetapi masih banyak juga para wakil rakyat itu yang mengantri untuk hal yang sama.
Dari kasus korupsi yang menyeret para anggota Legislatif itu perlu kita garis bawahi bahwa mereka seakan berusaha berlomba-lomba untuk korupsi mendapatkan uang. Aneh ya? Mereka itu seperti tidak pernah puas dengan gaji dan tunjangan yang mereka peroleh dari negara. Benarkah para anggota dewan itu memperjuangkan rakyat? Atau hanya memperjuangkan perut mereka sendiri? Mengapa mereka tidak takut untuk dihukum? Tentu jawabnya hanya satu yaitu bagi mereka uang adalah segalanya, jika uang adalah segala-galanya, betulkah segala sesuatu tugasnya diukur dengan beberapa banyak uang yang didapatnya.
Bila hal itu terus berlanjut tanpa ada perlawanan dari rakyat, apakah negara Republik Indonesia ini dapat bertahan lama? Sudah barang tentu usia Negara Indonesia ada ditangan Negara lain yang terus meminjamkan uang dengan “jaminan sesuatu yang diinginkan”
Kita tidak perlu menyalahkan sepenuhnya terhadap penyelenggara pemerintah, tetapi rakyat harus terlebih dahulu “mempreteli para oknum-oknum DPR yang ada, karena merekalah yang mengawasi jalannya roda pemerintahan, karena oknum-oknum DPR baik yang ada ditingkat pusat, propinsi sampai ke kabupaten.
Jika rakyat tidak sepakat untuk melawan para oknum-oknum Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), maka jangan salahkan bila disuatu waktu ada kata plesetan DPR itu adalah “Dewan Perampok Rakyat”
Untuk melawan para oknum itu sudah sangat-sangat dan terlalu sangat sulit, karena antara penyelenggara pemerintah dan pengawas pemerintah diduga kuat sudah banyak yang berkonspirasi untuk “bermain mata” bekerjasama main “lempar bola” sembunyikan uang rakyat.
Hanya ada satu cara, rakyat harus berani memilih anggota Dewan tanpa dibayar saat memilih para calon dewan, bila “rakyat mau dibeli” maka jangan salahkan bila suatu saat “rakyat pun dijual”
Bila pada pemilihan para calon anggota Legislatif mendatang ada calon dewan yang menawarkan “uang” maka disarankan untuk ambil uang itu tetapi katakan dihati kita “saya akan pilih anggota dewan yang datang “tanpa menawarkan uang” karena lebih baik menipu calon si pengkhianat daripada ditipu si pengkhianat dikemudian hari.
Nah...! bila kita sepakat memerangi para “pecinta uang” maka kembali kepada diri kita sendiri untuk lebih dulu untuk tidak mencintai uang karena dari seluruh akar masalah adalah “cinta uang”, dan untuk diketahui Nabi Sulaiman As sendiri sudah mencontohkan peringatan ribuan tahun lalu bahwa “cinta uang” adalah akar dari segala kejahatan.