Oleh : Faishal Bainil Azhar
Bicara dunia pendidikan kita mengenal “Wajib Belajar” dimana hal itu selalu didengung dengungkan pemeritah, baik melalui media cetak dan juga lektronik serta dengan cara kegiatan sosialisasi lainnya. Namun benarkah pemerintah dan segenap unsurnya sepenuh hati melaksanakan itu untuk mencerdaskan Bangsa?
![]() |
Faishal Bainil Azhar (Staf Ahli Fitra Riau) |
Coba kita buka “mata hati” dengan jujur! Apakah semua itu sesuai fakta di lapangan! Sudah sesuaikah ucapan dengan perbuatan atau sudahkah ada niat baik untuk mencintai anak-anak Negeri ini?
Pemerintah pusat melalui Mendiknas diteruskan ke kepala Dinas di Propinsi dan kabupaten juga para kru-kru pendidikan yang ada, benarkah berkeinginan untuk memajukan anak Negeri? Walaupun anak didik itu bukan anak kandung atau sanak famili yang dikenal?, mampukah kita mendidik mereka? Atau guru bekerja karena diberi gaji yang cukup lumayan. Sementara menjadi Kepala Dinas (Kadis) atau Kepala Sekolah karena mengeluarkan kocek membeli jabatan dengan rupiah sehingga ketika menjabat harus mengembalikan uang “pembeli jabatan itu?”
Program pemerintah “Wajib Belajar” adalah suatu hal yang baik untuk mendidik generasi penerus dapat mandiri dan bersaing dengan para bangsa lain di hari mendatang, dan pemerintah dalam hal ini sudah bijak dan benar memperhatikan ‘kehidupan anak cucunya’
Namun sayangnya fakta di lapangan Wajib Belajar itu hanya ibarat “dongeng di malam hari” bagi rakyat yang tidak mampu, hampir disetiap hari kita mengetahui informasi bahwa biaya masuk sekolah mahal dan bagi kalangan tertentu boleh dikatakan “biaya mencekik leher”, ironisnya masih ada juga oknum anggota Dewan yang menjadi “calo” untuk memuluskan calon murid untuk dapat diterima bersekolah demi mengecap pendidikan.
Katanya “Wajib Belajar” kok masih ada juga embel-embel dibalik kata wajib? yang kita tahu, bila kata wajib maka barangsiapa masyarakat yang tidak mematuhi atau melaksanakannya, maka akan dapat suatu sanksi.
Coba kita meniru Negara lain yang sukses mencerdaskan rakyatnya! Seperti Amerika, China, bahkan Malaysia yang dulu datang belajar ke Indonesia, Negara-negara itu benar mewajibkan rakyatnya untuk belajar, bila ada rakyat tidak mampu maka dengan sendirinya pemerintah mereka mengambil anak rakyat itu untuk dididik dengan dibiayai pemerintah.
Nah, coba kita renungkan! dan mari kita memandang dunia pendidikan kita dengan jujur penuh rasa cinta bangsa, apakah “Wajib Belajar” itu telah diplesetkan menjadi “Wajib Kurang Ajar?” jawabannya ada pada semua rakyat Indonesia!!!