Meranti dan Sekitarnya

Di Meranti Tengkulak Kuasai Hasil Perkebunan

Merantinewstoday.com, Selatpanjang - Hasil perkebunan petani Meranti masih dikuasai Tengkulak. Akibatnya harga dari berbagai komoditi hasil perkebunan masih tetap rendah.

Baik untuk kelapa, kopi, karet maupun pinang belum ada kenaikan harga yang signifikan. Lebih ironisnya lagi, hampir 30 persen dari produk pertanian maupun perkebunan para petani ini, tersedot hanya untuk membayar hutang kepada pihak Tengkulak.

Seperti dialami Salim (56), petani karet asal Kampung Alai Kundur, Kecamatan Tebing Tinggi Barat. Ia mengaku sudah puluhan tahun mengelola kebun karet warisan keluarganya, namun untuk hidup sejahtera masih sulit terpenuhi. Meskipun setiap minggunya ia menjual getah ojol yang jumlahnya mencapai 100 kg, tapi uang didapat tak seberapa.

"Dengan harga getal ojol Rp9.000/kg, idealnya bisa membawa pulang Rp900.000, tapi saya hanya bisa membawa uang Rp.350.000. karena sebagian besar hasil penjualan getah ojol harus di potong utang," ujar Bapak Lima anak ini.

Bukhari (52) yang kini sukses setelah beralilh profesi menjadi petani sawit di Sungai Pagar, Kabupaten Kampar. Ia mengaku hampir 90 persen produk pertanian dan perkebunan di Meranti dikuasi para Tauke ataupun Tenkulak.

Dalam menjalankan usahanya, para Tauke terkesan menerapkan sistem tata niaga yang tidak memihak para petani. Meskipun disisi lainnya para Tengkulak ini terkesan sebagai penyelamat petani, karena mudah bila dipinjami uang untuk keperluan keluarga petani. Namun disisi lainnya menjadikan petani terlilit utang yang sulit untuk dilunasi.

Dengan bon utang yang dimiliki para petani, pihak Tauke bisa leluasa menetapkan harga dan memotong hasil penjualan produk petani untuk pembayaran utang.

Praktek seperti ini masih terus berlangsung sampai sekarang. Dan setiap diprotes soal harga yang relative murah, para Tauke sering berkilah kondisi harga pasaran produk petani di pasar Malaysia lagi jatuh telak.